wahyu rizal nugraha

Selasa, 19 Maret 2013

Harlem Shake Menurut Islam


ANDA boleh tak tahu Psy. Tapi pasti Anda kenal dengan tarian Gangnam Style.Ya, tarian ala menunggang kuda yang dibawakan oleh penyanyi asal Korea Selatan itu populer ke seantero dunia. Mulai dari polisi, ibu-ibu klub senam, anak-anak SD, sampai calon gubernur, sering kali menarikan tarian ini.
Kini, setelah Gangnam Style mulai redup, muncul tarian baru Harlem Shake.Tarian ini tidak kalah nyelenehnya dengan Gangnam Style.

Harlam Shake adalah sejenis tarian yang sempat terkenal di era 80-an. Tarian asal Harlem (New York, Amerika Serikat) yang gerakannya mirip orang ayan ini pun terus mewabah ke seluruh penjuru dunia seiring dengan antusiasme masyarakat yang merekam tarian Harlam Shake ‘a la’ mereka sendiri dan mengunggahnya ke situs youtube. Tidak ketinggalan, media-media nasional pun turut meramaikan tarian Harlam Shake.

Harlem Shake, awalnya adalah tarian yang dimulai pada tahun 1981. Tarian ini menjadi mainstream pada tahun 2001 ketika G. Dep menampilkan Harlem Shake dalam video musiknya “Let s Get It”. Tarian ini memiliki sejarah dari Northeast African dance yang disebut “Eskista” dan diduga dimulai di Harlem oleh seorang pria bernama Al B.

Al B  mengatakan bahwa tarian ini adalah goyang orang yang sedang mabuk karena minuman keras. “Ini sangat fantastis, semua orang tak mempersalahkan hal itu,” terangnya. Menurut Al B,  tarian ini sebenarnya berasal dari Mesir Kuno dan ia menggambarkannya sebagai tarian yang biasa dilakukan oleh  mumi. Logikanya, karena mumi semuanya dibalut kain, mereka tidak bisa benar-benar bergerak, namun para mumi itu masih bisa bergoyang.

Harlem Shake sendiri mulai populer di youtube pada bulan Februari 2013 kemarin.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak pun, niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya.” Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah, apakah mereka yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari).

“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana orang yang mukim waktu itu lebih hina daripada dombanya,” (HR. Ibnu Asakir dari Anas).

boleh di bilang orang yang mengikuti tarian ini termasuk orang kafir. kenapa seperti itu?
So, masih pantaskah kita melihat dan meniru gerakan tersebut? silahkan anda nilai sendiri.
The Harlem Shake pada dasarnya merupakan bentuk “kreativitas balasan” yang dilakukan orang-orang Amerika, setelah sebelumnya beredar model tarian “Gangnam Style” yang dibawakan penari Korea. Seolah Amerika tidak mau kalah, sehingga mesti membuat model baru yang bisa menyaingi Gangnam. Artis India, Shahru Khan, juga merintis demam tarian kolektif ala India; tetapi gaungnya kurang.

Baik Harlem Shake maupun Gangnam, sebenarnya mengandung satu pesan filosofis yang sangat kuat, yaitu: agar umat manusia mempermalukan dirinya, menistakan dirinya, membuang kewibawaan dan kehormatannya. Upaya penistaan diri itu dilakukan melalui tarian-tarian yang tidak terhormat, memalukan, serta mencerminkan selera budaya rendah. Hal ini mengingatkan pada tarian-tarian kaum paganis di sekitar altar-altar pemujaan dewa mereka.

Nama Islam atau Muslim, tidak boleh dikaitkan dengan hal-hal hina semacam itu. Islam memiliki integritas, jati diri, dan identitas moral sendiri; berbeda dengan ritual kehinaan yang dilakukan kaum paganis dan durhaka. Nabi Saw mengatakan: Al Islamu ya’lu wa laa yu’la(Islam itu tinggi, tidak ada yang lebih tinggi darinya). Dengan menempelkan nama Islam/Muslim pada produk tari-tarian penista diri itu, kita telah ikut merendahkan agama sendiri.

Banyak orang salah memaknai kata KREATIVITAS. Menurut mereka, dengan mengambil ruh tampilan orang kafir, lalu dipoles disana-sini, lalu diberi label Islam/Muslim; itu sudah dianggap kreatif. Misalnya, seseorang membeli laptop keluaran Apple, lalu logo resmi laptop itu disingkirkan, kemudian diganti gambar korma, lalu diberi nama “Korma”; hal demikian sudah disebut kreatif. Yang begitu sih bukan kreatif, tetapi: maksain, norak, dan kelihatan tidak punya ide original. Cobalah bikin yang asli, genuine, benar-benar kreatif, tidak nabrak-nabrak konsep tata-nilai Islam. “Jangan jadi bebek!” kata seorang penulis.
Kalau kita membawa syiar adzan, shalat berjamaah, dan seterusnya; mestinya harus bersifat universal, tidak dikotak-kotak oleh identitas partai politik. Adzan adalah untuk semua kalangan Muslim, sebagaimana shalat berjamaah juga untuk semua kalangan Islam. Jangan menyempitkan makna agama ke ruang partai politik yang terbatas dan pragmatis.

Terimakasih, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan ikut mencerahkan. Amin Allahumma amin.

Sumber :
http://www.globalmuslim.web.id
http://islampos.com


0 komentar:

Posting Komentar